Selasa, 29 Maret 2011

Pilar-pilar Kesempurnaan Ibadah

Sasaran : Memahami unsur-unsur penting dalam kesempurnaan ibadah
Sebagai seorang muslim kita tidak hanya dituntut untuk melaksanakan ibadah secara lahir saja, akan tetapi yang penting adalah bagaimana agar kita dapat menghadirkan hati dan senantiasa merasakan pengawasan Allah dalam menjalani hidup ini.
Makna Ibadah 
Di dalam Islam, ibadah merupakan puncak ketundukan dan pengakuan atas keagungan dzat yang diibadahi. Ibadah merupakan tangga penghubung antara Al Khaliq dengan makhluk-Nya. Ibadah juga memiliki dampak yang amat besar pada diri manusi dalam berinteraksi dengan sesama makhlukNya. Dalam hal ini sama saja Rukun Islam (yaitu shalat, shaum, zakat, dan haji) dengan seluruh ibadah lainnya yang dilakukan manusia yang ditujukan untuk mencapai ridhoNya dan melaksanakan syariatNya. Logika Islam menghendaki agar seluruh kehidupan merupakan pengabdian (ibadah) dan ketaatan. Dan itulah yang dimaksud dengan firman Allah :
"Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada- Ku. Aku tidak menginginkan rezeki dari mereka. Dan Aku tidak menginginkan mereka memberi makan kepadaKu. Sesunguhnya Allah dialah pemberi rezki yang memiliki kekuatan yang kokoh." (Adz-dzariyat : 56) Dan firmannya : "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam." (Al An'am :162) 
Syarat Diterimanya Ibadah
1. Benar keyakinannya (beriman/mukmin); dengan kemauan yang kuat dan tidak raguragu. Orang kafir dan orang yang imannya diliputi keraguan, amalnya tidak diperhitungkan sebagai ibadah kepada Allah.
2. Ikhlas Lillahi Ta'ala (QS. 98 : 5)
3. Mengikuti syariat Allah dan RasulNya. "Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami (Allah dan Rasulullah), maka amalan tersebut tertolak." (HR. Muslim)
Pilar-Pilar Kesempurnaan Ibadah
1. Menjadikan ibadah kita hidup dan bersambung dengan Al Ma'bud (Allah). Dan ini merupakan taraf ihsan dalam ibadah. Rasulullah pernah ditanya tentang ihsan, beliau menjawab : "Engkau beribadah kepada Allah (dengan sikap) seolah-olah engkau melihatNya. Maka jika engkau tidak dapat melihatNya sesungguhnya Allah melihatmu.: (Bukhari dan Muslim)
2. Menjadikan ibadah kita khusyu' sehingga kita dapat merasakan hangatnya hubungan dan mesranya kekhusyu'an. Siti Aisyah mengatakan : "Adalah Rasulullah SAW (biasa) berbicara dengan kami dan kami berbicara dengan beliau. Tapi apabila datang waktu shalat, seolah-olah beliau tidak mengenal kami dan kami tidak mengenal beliau." (Diriwayatkan oleh Al azdy)
3. Beribadah dengan hati yang hadhir (penuh kesadaran) dan menjauhkan pemikiran tentang kesibukan dunia dan problematikan yang terjadi di sekitar kita. Ada orang yang mengatakan : "Shalat itu akhirat. Jika engkau memasuki (shalat) maka engkau keluar dari dunia."
4. Tidak pernah putus asa dan kenyang dalam beribadah. Kita harus terus mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah nafilah, sesuai dengan firman Allah SWT dalam hadist qudsy : Barangsiapa yang memusuhi wali (kekasih-Ku), maka Aku telah mengumumkan perang terhadapnya. Dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan suatu perbuatan yang lebih Aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan seorang hambaKu terus-menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah-ibadah nafilah sehingga Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya, Akulah pendengarannya yang dengannya ia mendengar, akulah penglihatannya yang dengannya ia melihat, Akulah tangannya yang dengannya ia memukul; dan akulah kakinya yang dengannya ia berjalan. Kalau ia meminta kepadaKu, niscaya Aku beri dan jika ia meminta perlindungan kepadaKu niscaya akan aku lindungi." (Muslim)
5. Memelihara qiyaamullail dan melatih diri agar terbiasa melakukannya, karena qiyaamullail merupakan salah satu pembangkit iman yang paling kuat. Maha benar Allah ketika berfirman : "Sesungguhnya bangun di waktu malam itu lebih besar pengaruhnya dan bacaan di waktu itu lebih berkesan." (Al Muzzammil : 6). Qs. Adz-Dzariyat : 17-18; QS. As Sajadah : 16
6. Mempunyai waktu khusus untuk mengkaji dan merenungkan Al Qur'an terutama di waktu subuh, karena Allah berfirman dalam QS Al Israa' : 78 yang berbunyi : "Sesungguhnya bacaan Al Qur'an di waktu subuh itu disaksikan (oleh para Malaikat)".
7. Menjadikan do'a sebagai mi'roj kepada Allah dalam setiap urusan kehidupan, karena do'a itu sumsum ibadah. Dan harus memelihara do'a yang matsur. Allah SWT berfirman : "Berdo'alah kepadaKu, niscaya Aku mengabulkan untuk kalian." (Ghofir : 60)
"Niat untuk selalu tampak indah dan menarik adalah suatu kewajaran, namun Allah Maha Mengetahui apa-apa yang melintas di hati kita, apabila niat kita tergelincir ke dalam kemaksiatan dan kesia-siaan bisa jadi Allah akan memberikan jalan terbukanya bencana bagi kita, oleh karenanya bersungguhsungguhlah berniat hanya untuk menggapai ridha Allah."  source:Quantum Mentoring

Related Articles:

Posting Komentar