Menjelaskan Kedudukan Al-Qur’an dan Hadits dalam Islam



MATERI PERTEMUAN KE 6
Sabtu, 16 November 2013
1.      Standar Kompetensi:

2.      Kompetensi Dasar    :


3.      Indikator                   :







4.      Metode Penyampaian:
Mempelajari Hakikat Ilmu Pengetahuan

Menjelaskan Keudukan dan Unsur-unsur Ilmu Pengetahuan dalam Islam

a.       Menjelaskan kedudukan al-Qur’an dan Hadits
b.      Menjelaskan peran al-Qur’an dan Hadits dalam konteks ilmu pengetahuan
c.       Menjelaskan dinamika akal dan ketauhidan
d.      Menjelaskan kedudukan ilmu dalam Islam
e.       Menjelaskan etika  dalam menuntut  ilmu
f.       Menjelaskan Dikotomi Ilmu Pengetahuan

Debat Pada Poin F

A.    KEGIATAN AWAL

Pementor membuka dan membaca Al-Qur’an dan pengantar pembahasan
B.     KEGIATAN INTI
1)      Mentor Menjelaskan Kedudukan Al-Qur’an dan Hadits dalam Islam
Bagi umat Islam, al Qur’an merupakan mukjizat dan wahyu terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada Muhammad saw sekaligus sebagai utusan terakhir. Diturunkannya al Qur’an dimaksudkan sebagai petunjuk umat manusia sampai akhir zaman. Umat manusia membutuhkan al Qur’an agar mereka dapat keluar dari kegelapan menuju kehidupan yang benar yang penuh cahaya (min al-dzulumi ila al-nur).
            Selain itu, al Qur’an juga merupakan kebutuhan pokok bagi manusia sepanjang hayatnya. Allah menjelaskan kerapuhan kehidupan seseorang yang tidak didasarkan kepada al Qur’an, seperti dijelaskan dalam QS. Thaha (20) : 124:
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku (al Qur’an), maka sesungguhnya baginya kehidupan  yang sempit (rapuh), dan Kami akan menghimpunnya di akhirat dalam keadaan buta.
            Pentingnya al Qur’an tertulis dalam firman Allah. Al Qur’an memiliki keutamaan-keutamaan, antara lain:
1.      Al Qur’an menjelaskan segala sesuatu (QS. 16:89)
2.      Al Qur’an adalah kalam  Allah (QS. 11:17)
3.      Al Qur’an benar-benar dari Allah (QS. 3:37)
4.      Al Qur’an perkataan yang terbaik (QS. 39:55)
5.      Al Qur’an sebagai jalan keluar (QS. 5:15-16)
Islam juga memiliki ujung tombak lainnya yang melengkapi, yaitu hadits. Hadits memiliki kedudukan khusus  pula, antara lain untuk menjelaskan secara rinci terhadap ayat-ayat al Qur’an dan menciptakan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’an, misalnya saja Nabi mengharamkan makan binatang buas dan mengharamkan pernikahan antarsaudara sepesusuan.

2)      Mentor Menjelaskan Peran al-Qur’an dan Hadits dalam Konteks Ilmu Pengetahuan
            Baik al-Qur’an maupun hadits, keduanya adalah pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan semua bidang kehidupan, tanpa terkecuali dalam pengetahuan. Aspek ini tak lepas dari kemampuan intelektual seseorang yang mengedepankan aspek kognitif (akal). Akal juga lah yang membedakan manusia dengan makhluk Allah lainnya. Maka dari itu, sebenarnya sudah sangat jelas keterkaitan antara akal yang dimiliki oleh manusia dengan pedoman-pedoman yang Allah berikan melalui al-Qur’an dan hadits. Pada intinya, sudah menjadi koderat manusia untuk senantiasa menggunakan akalnya sesuai dengan hukum-hukum Allah yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan  hadits.
            Manusia yang beriman tidak cukup hanya mengandalkan kebenaran dari proses pencarian dengan akal semata. Firman-firman Allah akan menunjukkan arah kerja akal supaya tidak terjebak dalam penuhanan terhadap kemampuan kerja akal. Ayat-ayat qauliyah dan kauniyah tidak dapat dipisahkan sehingga harus dilihat sebagai satu kesatuan.
            Islam memberikan penekanan khusus untuk mesalah ilmu pengetahuan. al-Qur’an  dan hadits menganjurkan muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu, selain itu, Islam juga menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Hal ini termaktub dalam wahyu pertama yang diturunkan yaitu QS. al-Alaq ayat 1-5.
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia; Yang Mengajar (manusia) dengan pena; Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
            Sebenarnya, pada wahyu tersebut terdapat dua aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang muslim, yaitu ketauhidan dan keilmuan. Aspek ketauhidan nampak pada peringatan bahwa seorang manusia adalah makhluk Allah (khalaqa al-insan min ‘alaq), sementara aspek keilmuan nampak pada penyadaran bahwa Allah memberikan ilmu kepada manusia melalui goresan penanya (alladzii ‘allama bil  qalam.’allama al-insan maa lam ya’lam).




3)      Mentor Menjelaskan Dinamika Akal dan Ketauhidan


                                                          


Dalam wahyu pertama tersebut, tersirat bahwa Allah mensejajarkan antara keilmuan dan tauhid, keduanya saling berhubungan, yaitu dipusatkan pada wahyu-wahyu Allah (al-Qur’an dan hadits).
Wahyu Allah tersebut hanya akan dapat diterima oleh orang-orang yang berilmu, sehingga dengan demikian, ilmu yang dimiliki akan menambah keimanan  seseorang terhadap Allah. Pun sebaliknya, dalam mencari ilmu harus dilandaskan pada syariat Islam (ketauhidan) supaya tidak terjebak pada ilmu yang menuhankan akal semata.
4)      Mentor Menjelaskan Kedudukan Ilmu dalam Islam
            Menurut Mahdi Ghulsyani dalam bukunya yang berjudul The Holy Qur’an dan the Science of Natural pada tahun 1986, ilmu yang harus dipelajari adalah:
1.      Ilmu yang dapat meningktakan pengetahuan akan Allah.
2.      Ilmu yang efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan merealisasikan tujuannya.
3.      Ilmu yang dapat membimbing orang lain ke jalan yang benar.
4.      Ilmu yang dapat memecahkan berbagai problem masyarakat
5)      Mentor Menjelaskan Etika Menuntut Ilmu
            Agar seseorang mendapatkan ilmu yang baik dan berkualitas, maka cara atau usaha yang harus ditempuh juga dengan yang baik. Islam sebagai agama yang sempurna juga sudah menjabarkan etika seorang muslim dalam menuntut ilmu. Antara lain sebagai berikut:
1.      Mendahulukan kebersihan hati dan pikiran, ini seperti yang diceritakan oleh Imam Syafii ketika beliau menghadapi kesulitan dalam belajar (menghafal-red), kemudian oleh gurunya ia dinasehati untuk menjauhkandiri dari segala macam bentuk maksiyat, seperti curang, berbohong, zina, dan lain-lain. Guru tersebut berucap:
            ...ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan dopancarkan pada     orang yang berbuat maksiyat.
2.      Mengurangi kesenangan duniawi dan memusatkan hatinya untuk mencari ilmu
3.      Tidak sombong dalam menuntut ilmu dan tidak membangkang pada guru.
4.      Menghindar dari perselisihan di antara manusia, karena akan menimbulkan kebingungan.
5.      Tidak menolak suatu bidang ilmu yangterpuji.
6.      Mengalihkan perhatian kepada ilmu yang penting, yaitu ilmu akhirat.
7.      Menghiasi batinnya dengan sifat terpuji.
6)      Mentor Menjelaskan Dikotomi Ilmu Pengetahuan (DEBAT)
            Materi sebelumnya menjelaskan eratnya hubungan antara ilmu pengetahuan dengan wahyu dan firman Allah. Namun pada masa sekarang, banyak pihak yang menganggap bahwa keduanya tidak memiliki kaitan sama sekali bahkan dua hal yang bertolak belakang. Kaum muslimin dengan Al Quran –Hadits dan wawasan keilmuan dan ketuhanannya dianggap sebagai kaum terbelakang yang terkekang oleh ajaran-ajaran Islam, sehingga membuat sebagian orang enggan mengkaji ilmu keagamaan dan hanya mengedepankan ilmu pengetahuan secara umum. Namun di sisi lain, sebagai tuntutan zaman yang selalu ingin instan bahkan dalam ilmu pengetahuan, spesialisasi bidang ilmu dianggap sebagai suatu metode yang efektif dan efisien untuk belajar, misalnya guru fisika akan menguasai ilmu fisika mendalam jika konsen dg ilmu tersebut, mempelajari ilmu yang lain tidak bermanfaat secara langsung bagi guru tersebut, termasuk ilmu agama.  Setelah memberikan pengantar , maka:
·         Pementor memberi informasi pada admen bahwa akan diadakan debat tentang dikotomi (pemisahan) ilmu pengetahuan.
·         Debat akan dilaksanakan antar kelompok mentoring.
·         Penentuan tim pro atau kontra dengan undian yang dikelola tim lapangan.
·         Tema  yang diperdebatkan adalah : “Dikotomi ilmu pengetahuan dalam bentuk spesialisasi bidang ilmu tertentu sangat dianjurkan karena efektif dan efisien untuk zaman sekarang.” (Bisa diberi contoh: Guru agama hanya belajar agama, psikolog hanya menggunakan teori-teori barat yang sudah berkembang, dll).
·         Tim pro adalah tim yang setuju dg tema yang diusung, sedangkan tim kontra adalah tim yang menentang tema.
·         Setelah selesai, Pementor diharapkan mengulas sedikit tentang debat tersebut dan mengarahkan bahwa apapun kondisinya, dikotomi ilmu pengetahuan tidak dianjurkan dan tidak benar. Ilmu pengetahuan secara umum harus diimbangi dengan ilmu agama, begitu juga sebaliknya, karena merupakan satu kesatuan.
C.     KEGIATAN PENUTUP
1)      Membuka pertanyaan.
2)      Pementor menyampaikan kesimpulan dari materi yang diberikan.
3)      Pementor meminta catatan admen untuk di tandatangani.
4)      Melakukan gerbu bila waktunya gerbu.
5)      Pementor menutup mentoring dengan Hamadalah dan Do’a penutup majlis.
6)      Pementor menyampaikan salam penutup.
Read More »